Dalam masa pembaruan spiritual, Yehoiada sang imam mengambil langkah penting untuk mengembalikan praktik ibadah tradisional di bait suci. Ia mempercayakan para imam Lewi dengan tanggung jawab asli mereka, seperti yang ditetapkan oleh Raja Daud, untuk memastikan bahwa pelayanan di bait dilakukan sesuai dengan hukum Tuhan. Ini termasuk penyajian korban bakaran, yang merupakan aspek sentral dari ibadah di Israel kuno. Dengan melakukan hal ini, Yehoiada tidak hanya menghidupkan kembali praktik keagamaan, tetapi juga menegaskan kembali hubungan perjanjian komunitas dengan Tuhan.
Inklusi sukacita dan nyanyian, seperti yang diperintahkan oleh Daud, menekankan pentingnya ibadah sebagai pengalaman yang penuh kegembiraan dan kebersamaan. Musik dan perayaan merupakan bagian integral dari pelayanan ibadah, mencerminkan rasa syukur dan hormat yang mendalam kepada Tuhan. Pembaruan praktik ibadah ini merupakan momen penting bagi rakyat, melambangkan kembalinya kepada akar spiritual mereka dan komitmen kolektif untuk hidup sesuai dengan hukum Tuhan. Ini menjadi pengingat akan kekuatan kepemimpinan dalam membimbing komunitas kembali kepada kesetiaan dan sukacita yang datang dari menyembah Tuhan dengan hati yang tulus.