Zakharia, seorang imam yang melayani di bait suci, bertemu dengan seorang malaikat yang membawa kabar mengejutkan: ia dan istrinya, Elizabeth, akan memiliki seorang putra, Yohanes, yang akan memainkan peran penting dalam rencana Tuhan. Namun, reaksi awal Zakharia adalah skeptis. Pertanyaannya kepada malaikat mengungkapkan keraguannya, karena ia terfokus pada ketidakmungkinan fisik dari situasi tersebut—baik ia maupun Elizabeth sudah lanjut usia. Momen ini sangat dapat dipahami oleh banyak orang yang menghadapi situasi yang tampaknya tidak dapat diatasi atau di luar kemampuan manusia.
Keraguan Zakharia mengingatkan kita akan kecenderungan manusia untuk bergantung pada apa yang kita lihat dan pahami, daripada pada iman. Namun, ini juga membuka ruang untuk kasih karunia dan pertumbuhan. Meskipun ketidakpercayaannya yang awal, kisah Zakharia berkembang dengan kesetiaan Tuhan, menunjukkan bahwa rencana ilahi tidak terhalang oleh keterbatasan manusia. Narasi ini mendorong para percaya untuk mempercayai janji Tuhan, bahkan ketika tampak tidak mungkin, dan untuk tetap terbuka terhadap cara-cara ajaib di mana Tuhan dapat bekerja dalam hidup kita.