Kemarahan Herodes ketika menyadari bahwa orang-orang Majus tidak kembali kepadanya seperti yang diperintahkan, menunjukkan ketakutan mendalamnya akan kehilangan kekuasaan. Orang-orang Majus, setelah diperingatkan dalam mimpi untuk tidak kembali kepada Herodes, memilih untuk melindungi Raja yang baru lahir dengan menghindarinya. Tanggapan Herodes sangat brutal dan tragis, memerintahkan pembantaian semua anak laki-laki di Betlehem dan sekitarnya yang berusia dua tahun ke bawah. Tindakan mengerikan ini dikenal sebagai Pembantaian Orang-Orang Tak Berdosa dan merupakan pengingat yang jelas tentang sejauh mana mereka yang berkuasa dapat pergi untuk menghilangkan ancaman yang dianggap ada.
Meskipun kegelapan peristiwa ini mencolok, itu menjadi latar belakang bagi narasi ilahi tentang kelahiran Yesus. Ini menyoroti kontras antara kekuasaan duniawi, yang sering resort pada kekerasan dan ketakutan, dan kerajaan surgawi yang akan didirikan Yesus, yang ditandai dengan perdamaian dan kasih. Kisah ini juga menekankan tangan perlindungan Tuhan atas Yesus, memastikan keselamatannya dan pemenuhan misinya. Bacaan ini mengundang refleksi tentang sifat kekuasaan, nilai kehidupan, dan harapan yang dibawa Yesus ke dunia yang sering kali tercemar oleh penderitaan.