Yusuf, yang dikenal karena kemampuannya menafsirkan mimpi, mendapati dirinya dipenjara bersama juru minum dan juru roti Firaun. Kedua pria ini memiliki mimpi yang mengganggu mereka, dan Yusuf menawarkan untuk menafsirkan mimpi tersebut, dengan mengaitkan kemampuannya kepada Tuhan. Mimpi juru roti melibatkan keranjang roti di kepalanya, yang ditafsirkan Yusuf sebagai tanda eksekusi yang akan datang. Dalam tiga hari, Firaun akan mengeksekusi juru roti dan menampilkan tubuhnya, sebuah praktik umum di zaman kuno untuk mencegah kejahatan dan pemberontakan.
Narasi ini menggambarkan tema wahyu ilahi dan peran mimpi dalam menyampaikan kehendak Tuhan. Tafsiran Yusuf, meskipun sulit, adalah akurat dan menunjukkan kesetiaannya pada kebenaran Tuhan. Bagian ini juga mencerminkan realitas keras kehidupan di Mesir kuno, di mana keputusan penguasa bisa berarti hidup atau mati. Meskipun pesan yang disampaikan sangat suram, kisah ini mendorong pembaca untuk percaya pada kedaulatan Tuhan dan perkembangan rencana-Nya, bahkan ketika melibatkan penderitaan atau kesulitan. Ini juga menyoroti pentingnya integritas dan keberanian dalam menyampaikan pesan Tuhan, terlepas dari sifatnya.