Amazia, imam di Betel, menghadapi Amos, seorang nabi dari kerajaan selatan Yehuda, dan menyuruhnya untuk meninggalkan kerajaan utara Israel dan kembali ke tanah airnya. Perintah Amazia mencerminkan penolakan yang umum terhadap pesan-pesan nubuat yang menantang status quo atau mengancam struktur kekuasaan pada masa itu. Amos, yang dipanggil oleh Tuhan untuk menyampaikan pesan peringatan dan pertobatan, menghadapi penolakan karena kata-katanya tidak sesuai dengan keinginan para pemimpin. Mereka merasa nyaman dalam kemakmuran mereka dan tidak ingin diingatkan tentang ketidakadilan mereka atau konsekuensi yang akan datang.
Pertemuan ini menggambarkan perjuangan abadi antara mereka yang berbicara kebenaran Tuhan dan mereka yang menolak perubahan. Para nabi sering kali menghadapi penolakan karena pesan mereka menuntut respons yang dapat mengganggu kenyamanan dan kepuasan. Namun, keberanian untuk berbicara kebenaran kepada kekuasaan sangat penting untuk transformasi masyarakat. Pengalaman Amos mendorong para percaya untuk tetap setia pada panggilan mereka, bahkan ketika menghadapi penolakan, dan untuk percaya bahwa usaha mereka berkontribusi pada rencana Tuhan yang lebih besar untuk keadilan dan kebenaran.