Yehoram naik takhta pada usia tiga puluh dua tahun dan memerintah selama delapan tahun di Yerusalem. Masa pemerintahannya ditandai dengan penyimpangan dari jalan yang benar yang diikuti oleh pendahulunya, yang mengarah pada penurunan moral dan spiritual. Kepemimpinan Yehoram dipenuhi dengan perselisihan internal dan tekanan eksternal, termasuk konflik dengan negara-negara tetangga. Waktu yang dihabiskan sebagai raja menunjukkan betapa pentingnya peran kepemimpinan dalam membentuk arah spiritual dan moral suatu bangsa. Singkatnya masa pemerintahannya menekankan sifat sementara dari kekuasaan duniawi dan dampak abadi dari keputusan seseorang. Kisah Yehoram berfungsi sebagai peringatan tentang konsekuensi dari menjauh dari prinsip-prinsip yang benar dan pentingnya mencari bimbingan serta kebijaksanaan dalam peran kepemimpinan.
Kisah ini mendorong kita untuk merenungkan jenis warisan yang ingin ditinggalkan pemimpin dan nilai-nilai yang mereka pilih untuk dijunjung. Ini mengingatkan kita akan pentingnya integritas, keadilan, dan kesetiaan dalam posisi otoritas, serta bagaimana kebajikan ini dapat mempengaruhi kehidupan orang lain dan jalannya sejarah secara positif.