Dalam bagian ini, kepemimpinan Raja Rehabeam diuji saat ia menghadapi pemberontakan dari orang Israel. Rehabeam mewarisi tahta dari ayahnya, Salomo, dan dihadapkan pada tantangan untuk menjaga persatuan di kerajaan. Namun, keputusannya untuk mengutus Hadoram, pejabat yang bertanggung jawab atas pekerja paksa, untuk menerapkan kebijakan yang keras mengakibatkan reaksi kekerasan. Orang Israel, yang sudah tidak puas dengan beban yang berat, bereaksi dengan melempari Hadoram hingga mati. Insiden ini menekankan bahaya mengabaikan keluhan rakyat dan mengandalkan kekuatan daripada dialog dan pemahaman.
Pelarian Rehabeam ke Yerusalem menandai titik balik yang signifikan, karena ini meramalkan perpecahan kerajaan menjadi Israel dan Yehuda. Peristiwa ini berfungsi sebagai kisah peringatan tentang pentingnya kepemimpinan yang bijaksana dan penuh kasih. Ini menekankan bahwa para pemimpin harus mendengarkan kekhawatiran rakyat mereka dan berusaha untuk memerintah dengan keadilan dan kasih sayang. Kisah Rehabeam dan Hadoram adalah pengingat abadi akan perlunya pemimpin untuk menyeimbangkan otoritas dengan empati, memastikan bahwa tindakan mereka mendorong persatuan daripada perpecahan.